Belakangan ini ada suatu golongan yang gembor-gembor sekali mengatakan bahwa pelaku isbal itu pasti masuk neraka.
Mereka berdasar hadits berikut secara tekstual,
Hadits Pertama
عن أبي ذلك عن النبي صلى الله عليه و سلم قال ثلاثة لا يكلمهم الله يوم القيامة و لا ينظر إليهم ولا يزكيهم ولهم عذاب ألبم قال فقرأها رسول الله صلى الله عليه و سلم ثلاثة مرارا قال أبو ذرّ خابوا وخسروا من هم يا رسول الله قال المسبل والمنّان و المنفق سلعته و الحلف الكاذب
Dari Abu Dzar, dari Rasulullah Saw, beliau bersabda, “Ada tiga yang tidak akan diajak bicara oleh Allah Swt pada hari kiamat, Allah Swt tidak memandang mereka, tidak mensucikan mereka dan bagi mereka azab yang menyakitkan”. Rasulullah Saw mengatakannya tiga kali. Abu Dzar berkata, “Mereka itu sia-sia dan merugi. Siapakah mereka wahai Rasulullah?”. Beliau menjawab, “Al-Musbil (orang yang memanjangkan jubah/kain/kaki celana menutupi mata kaki), orang yang mengungkit-ungkit pemberian dan orang yang menjual barangnya dengan sumpah dusta”.
(HR. Muslim)
Hadits Kedua
ِعن أبي هريرة رضي الله عنه عن النبي صلى الله عليه و سلم قال ما أسفل من الكعبين من الإزار ففي النار
Dari Abu Hurairah, dari Rasulullah Saw, beliau bersabda,“Kain yang di bawah dua mata kaki, maka di dalam neraka”.
(HR. al-Bukhari)
Kita tidak boleh semudah itu memahami hadits secara tekstual tanpa pemahaman para ulama Mujtahid yang lebih memahami makna hadits diatas
Berikut Pendapat Ulama Memahami Hadits-Hadits diatas,
Pendapat Imam Syafi’i
وقال النووي الإسبال تحت الكعبين للخيلاء فإن كان لغيرها فهو مكروه وهكذا نص الشافعي على الفرق بين الجر للخيلاء ولغير الخيلاء
Imam an-Nawawi berkata, “Makna Isbal adalah memanjangkan kain di bawah kedua mata kaki, hanya bagi orang yang sombong. Jika pada orang yang tidak sombong, maka makruh. Demikian disebutkan Imam Syafi’i secara nash tentang perbedaan antara orang yang memanjangkan kain karena sombong dan orang yang memanjangkan kain tetapi tidak sombong".
Pendapat Imam al-Bukhari
Imam al-Bukhari memuat satu bab khusus dalam Shahih al-Bukhari, Kitab: al-Libas (pakaian),
َباب من جرّ إزاره غير خيلاء
Bab: Orang Yang Memanjangkan/Menyeret Kainnya Tanpa Sifat Sombong.
Ini membuktikan bahwa Imam al-Bukhari membedakan antara orang yang memanjangkan pakaian dengan sifat sombong dan tanpa sifat sombong.
Dalam bab ini Imam al-Bukhari memuat hadits yang mencela orang yang memanjangkan kain dengan sifat sombong, Rasulullah Saw bersabda,
من جرّ ثوبه خيلاء لم ينظر الله إليه يوم القيامة قال أبو بكر يا رسول الله إنّ أحد شقّي إزاري يسترخي إلا أن أتعاهد ذلك منه فقال النبي صلى الله عليه و سلم لست ممّن يصنعه خيلاء
“Siapa yang memanjangkan pakaiannya karena sombong, maka Allah Swt tidak akan memandangnya pada hari kiamat”.
Abu Bakar berkata, “Wahai Rasulullah, sesungguhnya salah satu bagian kainku terujulur (panjang), melainkan bahwa aku tidak berniat sombong”.
Rasulullah Saw berkata, “Engkau tidak termasuk orang yang melakukannya karena sifat sombong”.
(HR. al-Bukhari)
عن أبي هريرة أن رسول الله صلى الله عليه و سلم قال لا ينظر الله يوم القيامة إلى من جرّ إزارة بطرا
Dari Abu Hurairah, sesungguhnya Rasulullah Saw bersabda, “Allah Swt tidak memandang pada hari kiamat kepada orang yang memanjangkan kainnya karena angkuh/sombong”.
(HR. al-Bukhari dan Muslim)
عن أبي عمر قال سمعت رسول الله صلى الله عليه و سلم بأذنيّ هاتين يقول من جرّ إزاره لا يريد بذلك إلا المخيلة فإنّ الله لا ينظر إليه يوم القيامة
Dari Abdullah bin Umar, ia berkata, “Saya telah mendengar Rasulullah Saw dengan kedua telinga saya ini, beliau bersabda, ‘Siapa yang memanjangkan kainnya, tidak menginginkan dengan itu melainkan keangkuhan, maka sesungguhnya Allah Swt tidak akan melihatnya pada hari kiamat’.”
(HR. Muslim)
Pendapat Imam an-Nawawi
وأما قوله صلى الله عليه و سلم المسبل ازاره فمعناه المرخى له الجار طرفه خيلاء كما جاء مفسرا فى الحديث اآلخر لا ينظر الله إلى من يجر ثوبه خيلاء والخيلاء الكبر وهذا التقييد بالجر خيلاء يخصص عموم المسبل ازاره ويدل على أن المراد بالوعيد من جره خيلاء وقد رخص النبى صلى الله عليه و سلم فى ذلك البى بكر الصديق رضى الله عنه وقال لست منهم اذ كان جره لغير الخيلاء
Adapun makna sabda Rasulullah Saw: ازاره المسبل” Orang yang memanjangkan kainnya”.
Maknanya adalah: orang yang memanjangkan kainnya, menyeret ujungnya karena sombong, لا ينظر الله إلى من يجر ثوبه خيلاء : lain hadits oleh dijelaskan sebagaimana “Allah Swt tidak memandang kepada orang yang memanjangkan kainnya karena sombong”. Makna kata: الخيلاء adalah sombong. Kata ‘memanjangkan’ yang bersifat umum diikat dengan kata ‘sombong’, untuk mengkhususkan orang yang memanjangkan kain yang bersifat umum. Ini menunjukkan bahwa yang diancam dengan ancaman yang keras adalah orang yang memanjangkan kainnya karena sombong. Rasulullah Saw memberikan keringanan kepada Abu Bakar ash-Shiddiq dengan ucapan,
“Engkau tidak termasuk bagian dari mereka”. Karena Abu Bakar memanjangkan pakaiannya
bukan karena sombong".
Imam an-Nawawi membuat satu bab khusus dalam kitab Riyadh ash-Shalihin:
باب صعة طول القميص والكُم والإزار وطرف العمامة وتحريم إسبال شيء من ذلك على سبيل الخيلاء وكراهته من غير خيلاء
Bab: Sifat panjangnya gamis, ujung gamis, kain dan ujung sorban. Haram memanjangkan semua itu untuk kesombongan, makruh jika tidak sombong
Pendapat al-Hafizh Ibnu Hajar al-‘Asqalani
وفي هذه الأحاديث أن إسبال الإزار للخيلاء كبيرة وأما لإسبال لغير الخيلاء فظاهر الأحاديث تحريمه أيضا لكن استدل بالتقييد في هذه الأحاديث بالخيلاء على أن الإطالق في الزجر الوارد في ذم الإسبال محمول على المقيد هنا فلا يحرم الجر والإسبال إذا سلم من الخيلاء
Dalam hadits-hadits ini disebutkan bahwa memanjangkan kain bagi orang-orang yang sombong adalah dosa besar. Adapun memanjangkan kain bagi yang tidak sombong, zhahir hadits ini mengandung makna haram juga, akan tetapi diikat dengan hadits-hadits lain yang mengandung makna sombong. Kalimat yang bersifat umum dalam kecaman tersebut mengandung makna ikatan: bagi orang yang sombong. Oleh sebab itu tidak haram menyeret dan memanjangkan kain
jika selamat dari sifat sombong.
وهذا الإطالق محمول على ما ورد من قيد الخيلاء فهو الذي ورد فيه الوعيد باالإتفاق
Penggunaan kalimat yang bersifat umum ini mengandung makna ikatan, diikat dengan hadist-hadits yang mengikat dengan sifat sombong, maka orang yang memanjangkan kain/jubah/kaki celana dengan sifat sombong, itulah yang diancam dengan ancaman yang keras, disepakati ulama tentang ini.
Pendapat Imam as-Suyuthi
المسبل إزاره المرخي له الجار طرفيه خيلاء فهو مخصص بالحديث الآخر لا ينظر الله إلى من جر ثوبه خيلاء وقد رخص صلى الله عليه و سلم في ذلك لأبي بكر حيث كان جره لغير الخيلاء
Makna kata: إزاره المسبل adalah: Orang yang memanjangkan kainnya, orang yang menyeret ujung kainnya karena sombong.
Hadits ini dikhususkan dengan hadits lain: لا ينظر الله إلى من جر ثوبه Allah Swt tidak
memandang kepada orang yang memanjangkan kainnya karena sombong”.
Rasulullah Saw memberikan keringanan kepada Abu Bakar, karena Abu Bakar memanjangkan kainnya bukan untuk sombong.
Pendapat Imam asy-Syaukani
وظاهر التقييد بقوله (خيلاء) يدل بمفهومه أن جر الثوب لغير الخيلاء لا يكون داخال في هذا الوعيد
Zhahir ikatan dengan kata: خيلاء (sombong), ini menunjukkan pemahaman bahwa orang yang memanjangkan kain tetapi tidak sombong, maka tidak termasuk dalam ancaman hadits ini.
Pendapat Imam ash-Shan’ani
وتقييد الحديث بالخيلاء دال بمفهومه أنه لا يكون من جره غير خيلاء داخال في الوعيد
Hadits ini diikat dengan kata: خيلاء (sombong), ini menunjukkan pemahaman bahwa orang yang memanjangkan kain tanpa sombong tidak termasuk dalam ancaman hadits ini.
Pendapat Syekh DR.Yusuf al-Qaradhawi
Salah satu metode memahami hadits dengan baik adalah:
جما الأحاديث الواردة في الموضوع الواحد
Menggabungkan beberapa hadits dalam satu tema.
Hadits tentang Isbal, banyak pemuda Islam yang bersemangat sangat mengingkari orang lain yang tidak memendekkan pakaiannya di atas mata kaki. Bahkan mereka terlalu berlebihan dalam bersikap sampai pada tingkat menjadikan perbuatan memendekkan kaki celana sebagai syi’ar Islam atau kewajiban yang besar dalam Islam. Jika mereka melihat seorang ulama atau
da’i tidak memendekkan kaki celana seperti yang mereka lakukan, mereka menuduhnya -bahkan secara terang-terangan- tidak faham agama!
Sesungguhnya hanya mencukupkan diri dengan makna zhahir satu hadits saja, tanpa melihat hadits-hadits lain yang terkait dengan tema tertentu secara keseluruhan, itulah yang seringkali membuat orang terjerumus dalam kekeliruan, jauh dari kebenaran dan tujuan yang dimaksud hadits Rasulullah Saw.
Hubungan Kesombongan dan Memanjangkan Pakaian/Jubah.
Memanjangkan jubah merupakan tradisi kesombongan raja-raja Romawi dan Persia masa silam. Untuk menunjukkan keangkuhan dan kesombongan mereka, maka para penguasa itu memanjangkan jubah yang ujungnya dibawa oleh para pengawal dandayang-dayang. Tradisi itu masuk juga ke dalam masyarakat Jahiliyah. Dalam satu bait sya’ir jahiliyah dikatakan,
فلا يغرنك جر الثوب معتجرا ... اني امرؤ في عند الجد تشمير
Janganlah engkau terpukau dengan panjangnya jubah dan sorban yang terurai
Sesungguhnya aku juga orang yang memiliki pakaian yang panjang.
Tradisi keangkuhan dan kesombongan itulah yang dibantah Rasulullah Saw.
Sumber :
📕 Imam as-Suyuthi, Syarh as-Suyuthi ‘ala Muslim, juz.I, hal.121.
📕 Imam Muhammad bin Ali bin Muhammad asy-Syaukani, Nail al-Authar min Ahadits Sayyid al-Akhyar Syarh Muntaqa al-Akhbar, juz.II (Idarah ath-Thiba’ah al-Muniriyah), hal.112.
📕 Imam Muhammad bin Isma’il al-Amir al-Kahlani ash-Shan’ani, Subul as-Salam Syarh Bulugh al-Maram, juz.IV (Maktabah al-Bab al-Halaby, 1379H), hal.158.
📕 Imam an-Nawawi, al-Minhaj Syarh Shahih Muslim Ibn al-Hajjaj, juz.II (Beirut: Dar Ihya’ at-Turats al-‘Araby, 1392H), hal.116.
📕 Imam an-Nawawi, Riyadh ash-Shalihin, juz.I, hal.425
📕ibnu Hajar Al Atsqolaniy, Syarh Sahih Bukhari hal.257
📕Al-Haifzh Ibnu Hajar al-‘Asqalani, Fath al-Bari Syarh Shahih al-Bukhari, juz.X (Beirut: Dar al-Ma’rifah, 1379H), hal.263.
Tags:
Edukasi