Header ADS

Definisi Ta'wil dan Contohnya Menurut Ulama


Dalam Al Quran terdapat dua jenis ayat yakni ayat muhkamat dan ayat mutasyabihat. Ayat muhkamat merupakan ayat yang sudah jelas maknanya tanpa memerlukan ta'wil sedangkan ayat mutasyabihat merupakan ayat yang mengandung makna samar sehingga memerlukan ta'wil. Begitupun dengan hadits,  ada hadits muhkamat dan ada hadits mutasyabihat. Dimana keduanya ada yang memerlukan ta'wil dan ada yang tidak perlu dita'wil. Akan tetapi,  ada beberapa orang yang menolak  ta'wil dan mengikuti ayat mutasyabihat sebagaimana dzhahir ayat tersebut seperti kelompok salafi wahabi yang sangat anti ta'wil sehingga menyebabkan mereka terjatuh dalam tajsim dan tasybih menyerupakan Allah dengan makhluk. 

Naudzubillah mindzalik

Apa itu ta'wil? 

Penjelasan makna ta'wil sudah di jelaskan oleh Imam Ibnu Hajar al-Asqalani,  beliau mengatakan:

و منهم من أوله على وجهه يليق مستعمل في كلام العرب

Ada diantara mereka yang menta'wilkannya kependapat yang layak digunakan dalam bahasa arab. 

Imam Ibnu Hajar al-Asqalani,  Fathul Baari, juz. 3, hal. 30.

Dari penjelasan beliau diatas dapat kita fahami bahwa para sahabat dan para ulama menta'wil ayat-ayat Al-Qur'an yang bersifat mutasyabihat kemakna yang lain. Hal tersebut dilakukan oleh para ulama demi untuk menghindari agar mereka tidak terjatuh dalam tajsim dan tasybih dimana hal tersebut termasuk menyerupakan Allah dengan makhluk. 

Apa Saja Contoh Ta'wil? 

Para sahabat dan para ulama telah memberikan berbagai contoh memahami ayat dan hadits mutasyabihat dengan metode ta'wil diantaranya adalah sebagai berikut:

1. Ta'wil Abdullah bin Abbas

Sahabat Abdullah bin Abbas menta'wil ayat mutasyabihat, 

فاليوم ننساهم كما نسوا لقاء يومهم هذا

Maka pada hari (kiamat) ini,  Kami melupakan mereka sebagaimana mereka melupakan pertemuan mereka dengan hari ini.

Q.S. Al-A'raf ayat 51

Ayat tersebut tidak bisa kita fahami secara tekstual,  karena mustahil Allah memiliki sifat pelupa. Sementara dibayat yang lain disebutkan Allah swt. Mustahil memiliki sifat lupa. 

و ما كان ربك نسيا

Dan tidaklah Tuhanmu lupa. 

Q.S.  Maryam ayat 64

Oleh sebab itu untuk memahami ayat ini,  sahabat Abdullah bin Abbas melakukan ta'wil terhadapat ayat tersebut, 

عن ابن عباس : "فاليوم ننساهم لقاء يومهم هذا"، قال نتركهم من الرحمة كما تركوا ان يعملوا للقاء يومهم هذا

Dari Ibnu Abbas ayat,  "Maka pada hari kiamat ini,  Kami melupakan mereka sebagaimana mereka melupakan pertemuan mereka dengan hari ini". Ibnu Abbas berkata maknya adalah kami tinggalkan mereka dengan Rahmat,  sebagaimana mereka meninggalkan amal untuk pertemuan pada hari ini. 

Imam ath-thabari,  Jami'ul Bayan li ta'wil al-qur'an,  juz.  12, hal. 475.

2. Ta'wil Imam Malik bin Anas

Imam Malik bin Anas menta'wil ayat mutasyabihat, 

ان الله ينزل في الليل الى سماء الدنيا

Sesungguhnya Allah turun pada waktu malam kelangit dunia. Imam Malik bin Anas menta'wil ayat mutasyabihat ini sebagai berikut, 

و قد روي محمد بن علي الجبلي  و كان من ثقات المسلمين بالقيرون قال حدثنا جامع لن سوادة بمصر قال حدثنا مطرف عن ملك بن انس انه سئل عن الحديث "ان الله ينزل في الليل الى سماء الدنيا" فقال ملك يننزل امره

Muhammad bin Ali al-Bajalli, salah seorang perawi tsiqah atau terpercaya dari kaum muslimin di al-Qairawan, ia berkata, “Jami’ bin Sawadah menceritakan kepada kami di Mesir, ia berkata, ‘Mutharrif menceritakan kepada kami’, dari Malik bin Anas, ia ditanya tentang hadits, “Sesungguhnya Allah Swt turun pada waktu malam ke langit dunia”. Imam Malik bin Anas menjawab, “Perkaranya turun”.

Kalimat Allah turun dita’wilkan Imam Malik dengan kalimat Perkara-Nya turun. 

Ibnu Abdilbarr, at-Tahmid li ma fi al-Muwaththa' min al-Ma’ani wa al-Asanid, juz. 12 hal.143

3. Ta’wil Imam Ahmad bin Hanbal 

Imam Ahmad bin Hanbal Ayat Mutasyabihat berikut,

َوجاء ربك و الملك صفا صفا

Dan datanglah Tuhanmu; sedang malaikat berbaris-baris. 

Q.S. Al-Fajr ayat 22

Imam Ahmad bin Hanbal menta’wilkan ayat mutasyabihat ini:

وروى البيهقي عن الحاكم عن أبي عمرو بن السماك عن حنبل أن أحمد بن حنبل تأول قول الله تعالى: "وجاء ربك" أنه جاء ثوابه. ثم قال البيهقي: وهذا إسناد لا غبار عليه

Imam al-Baihaqi meriwayatkan dari al-Hakim, dari Abu ‘Amr bin as-Simak, dari Hanbal, sesungguhnya Imam Ahmad bin Hanbal menta’wilkan ayat, “Dan datanglah Tuhanmu”: “Dan datanglah balasan pahala-Nya”. Kemudian Imam al-Baihaqi berkata, “Sanad ini tidak ada debu di atasnya” (ungkapan penerimaan terhadap suatu riwayat).

Imam Ibnu Katsir, al-Bidayah wa an-Nihayah, juz.10, hal.361.

4. Ta’wil Imam al-Bukhari 

Beliau menta'wil ayat mutasyabihat ini,
  
كل شيء هالك الا وجهه : الا ملكه

Secara tekstual, terjemah ayat ini adalah, Tiap-tiap sesuatu pasti binasa, kecuali wajah Allah. 

Q.S . Al-Qashash ayat 88

akan tetapi Imam al-Bukhari mena’wilkan kata wajhahu atau wajah Allah Swt kepada kata mulkahu ataukekuasaan Allah.

Imam al-Bukhari, ash-Shahih, juz. 4, hal.1787

Dari penjelasan dan contoh yang telah diapaparkan diatas dapat kita pahami bahwa para ulama memakai metode ta'wil untuk menghindari pemahaman tajsim dan tasybih yaitu menyerupakan Allah dengan makhluk. Akan tetapi kelompok bernama salafi wahabi tetap saja menolak hal  tersebut itu dikarenakan mereka lebih mengikuti hawa nafsu dalam memahami tidak benar-benar mengikuti pemahaman ulama salaf.

Lalu slogan salaf yang mereka pakai saat ini untuk apa?

Wallahu A'lam 

Putri Sufi
 

2 Komentar

  1. Sekedar saran, Sebaiknya tulisan agar nampak rapih dan nyaman dibaca:
    ❂ tulisan latin formatnya jelas seperti tulisan rata kiri dan kanan, spasi jangan terlalu lebar.
    ❂ Tulisan Arab juga demikian dan arah tulisan ditulis sesuai arah baku tulisan Arab yaitu dari kanan ke kiri. Jadi sambungan tulisan ada di kanan pada baris berikutnya.
    ❂ Terima Kasih ...

    BalasHapus
Lebih baru Lebih lama
Header ADS
Header ADS
Header ADS