Diantara kita masih banyak yang sering memperdebatkan masalah Maulid Nabi Muhammad Saw bahkan sampai menyesatkan orang-orang yang melaksanakannya. Padahal kegiatan tersebut merupakan kegiatan yang sangat bagus bagi generasi minelial saat ini dalam meningkatkan kecintaan mereka terhadap manusia Mulia panutan seluruh umat islam.
Apa itu Maulid Nabi Muhammad Saw?
Maulid Nabi Muhammad Saw. Merupakan suatu kegiatan peringatan terhadap kelahiran nabi besar Muhammad Saw. Nabi yang menjadi panutan seluruh umat beragama islam dimana didalam kegiatan peringatan tersebut terdapat amalan-amalan ibadah seperti Shalawat, dzikir, membaca al-qur'an, menuntut ilmu agama, menceritakan kembali kisah Rosulullah baik sejak beliau lahir maupun sampai beliau wafat, baik dari segi kehidupan sehari-hari beliau maupun sejarah perjuangan beliau dalam memenangkan agama islam hingga merdeka sampai hari ini. Dalam peringatan maulid ini tidak ada sama sekali unsur maksiat karena didalamnya berisi ibadah-ibadah yang disunnahkan oleh Rosulullah Saw. Jadi keliru apabila ada yang mengatakan peringatan maulid itu sesat sedangkan maulid itu hanyalah salah satu kegiatan yang membantu kita mengingatkan kita kepada insan terbaik Rosulullah Saw. dan membantu kita dalam meningkatkan ibadah.
Adakah Dalil Melaksanakan Maulid Nabi Muhammad Saw?
Dalam kitab Fatwa al-azhar dinyatakan oleh Syekh Athiyah Shaqar bahwa menurut Imam asy-Suyuthi, Imam Ibnu Hajar al-asqalaniy dan Imam Ibnu Hajar al-Haitami memperingati maulid nabi itu baik, meskipun demikian, mereka mengingkari perkara-perkara bid'ah yang menyertai peringatan maulid. Pendapat mereka didasarkan pada Firman Allah Swt. Dalam al-Quran yang artinya,
"Dan ingatkanlah mereka kepada hari-hari Allah Swt".
Q.S. Ibrahim ayat 5.
Imam an-Nasa'i meriwayatkan dari Rosulullah Saw menafsirkan kalimat ayyamillah sebagai nikmat-nikmat dan karunia Allah Swt. Oleh sebab itu maka makna ayat ini adalah "Dan ingatkanlah mereka kepada nikmat-nikmat dan karunia Allah". Kelahiran Nabi Muhammad Saw merupakan nikmat dan karunia terbesar bagi seluruh umat manusia yang patut diingat dan disyukuri salah satunya adalah dengan memperingati hari kelahiran beliau dengan mengisi kegiatan peringatan itu dengan berbagai ibadah-ibadah sunnah sebagaimana yang telah dijelaskan diatas. Dalam memperingati kelahiran Nabi muhammad Saw ada banyak cara yang bisa kita lakukan diantara bisa dengan berpuasa karena Nabi Saw memperingati hari kelahiran beliau dengan melaksanakan puasa pada hari itu. Selain itu, bisa dilakukan dengan banyak bersedekah, memperbanyak membaca al-quran, memperbanyak dzikir, serta kegiatan-kegiatan lain yang bermanfaat seperti maulid yang didalamnya banyak amalan-amalan ibadah yang tentu saja sesuai syariat islam.
Bagaimana Pendapat Ulama Tentang Peringatan Maulid Nabi Muhammad Saw?
1. Menurut Imam Ibnu Taimiah
Beliau berkata,
Mengagungkan hari kelahiran nabi Muhammad Saw dan menjadikannya sebagai perayaan terkadang dilakukan sebagian orang, maka ia mendapat balasan pahala yang besar karena kebaikan niatnya dan pengagungannya kepada Rasulullah Saw.
Ibnu Taimiah, Iqtidhâ’ al-Shirâth al-Mustaqîm Mukhâlafat Ahl al-Jahîm (Cet. II; Cairo: Mathba’ah alSunnah al-Muhammadiyyah, 1369H), hal. 297.
2. Menurut Imam Ibnu Hajar al-‘Asqalani
Al-Hafizh Ibnu Hajar al-‘Asqalani pernah ditanya tentang peringatan maulid nabi, beliau menjawab:
Hukum asal melaksanakan maulid adalah bid’ah, tidak terdapat riwayat dari seorang pun dari kalangan Salafushshalih dari tiga abad (pertama). Akan tetapi maulid itu juga mengandung banyak kebaikan dan sebaliknya. Siapa yang dalam melaksanakannya mencari kebaikan-kebaikan dan menghindari hal-hal yang tidak baik, maka maulid itu adalah bid’ah hasanah. Dan siapa yang tidak menghindari hal-hal yang tidak baik, berarti bukan bid’ah hasanah.
Imam Ibnu Hajar al-Haitsami, Tuhfat al-Muhtâj fî Syarh al-Minhâj, juz. XXXI, hal. 377
3. Menurut Syekh Athiyyah Shaqar mantan ketua Komisi Fatwa Al-Azhar Mesir
Menurut pendapat saya, boleh memperingati maulid nabi pada saat ini ketika para pemuda nyaris melupakan agama dan keagungannya, pada saat ramainya perayaan-perayaan lain yang hampir mengalahkan hari-hari besar agama Islam. Peringatan maulid tersebut diperingati dengan memperdalam sirah (sejarah nabi), membuat peninggalan-peninggalan yang dapat mengabadikan peringatan maulid seperti membangun masjid atau lembaga pendidikan atau amal baik lainnya yang dapat mengaitkan antara orang yang melihatnya dengan Rasulullah Saw dan sejarah hidupnya.
Fatâwa al-Azhar, (Cairo: Wizârat al-Auqâf al-Mishriyyah), juz. VIII, hal. 255.
4. Menurut Syekh Yusuf al-Qaradhawi
Syekh Yusuf al-Qaradhawi ketua al-Ittihâd al-‘Âlami li ‘Ulamâ’ al-Muslimîn ditanya tentang hukum memperingati maulid nabi. Beliau memberikan jawaban:
Bismillah, Alhamdulillah, shalawat dan salam semoga senantiasa tercurah ke hadirat Rasulullah Saw, amma ba’du:
Ada bentuk perayaan yang dapat kita anggap dan kita akui memberikan manfaat bagi kaum muslimin. Kita mengetahui bahwa para shahabat –semoga Allah Swt meridhai mereka- tidak pernah merayakan maulid nabi, peristiwa hijrah dan perang Badar, mengapa?
Karena semua peristiwa ini mereka alami secara langsung. Mereka hidup bersama Rasulullah Saw. Nabi Muhammad Saw hidup di hati mereka, tidak pernah hilang dari fikiran mereka. Sa’ad bin Abi Waqqash berkata, “Kami bercerita kepada anak-anak kami tentang peperangan Rasulullah Saw sebagaimana kami menghafalkan satu surah al-Qur’an kepada mereka”. Mereka menceritakan kepada anak-anak mereka tentang apa yang terjadi pada perang Badar, Uhud, Khandaq dan Khaibar. Mereka menceritakan kepada anak-anak mereka tentang berbagai peristiwa dalam kehidupan Rasulullah Saw. Oleh sebab itu mereka tidak perlu diingatkan tentang berbagai peristiwa tersebut.Kemudian tiba suatu masa, kaum muslimin melupakan berbagai peristiwa tersebut, semua peristiwa itu tidak lagi ada di benak mereka. Tidak ada dalam akal dan hati mereka. Oleh sebab itu kaum muslimin perlu menghidupkan kembali makna-makna yang telah mati, mengingatkan kembali berbagai peristiwa yang terlupakan. Memang benar bahwa ada beberapa bentuk bid’ah terjadi, akan tetapi saya nyatakan bahwa kita merayakan maulid nabi untuk mengingatkan kaum muslimin tentang kebenaran hakikat sejarah Rasulullah Saw, kebenaran risalah Muhammad Saw. Ketika saya merayakan maulid nabi, maka saya sedang merayakan lahirnya risalah Islam. Saya mengingatkan manusia tentang risalah dan sirah Rasulullah Saw.
Pada kesempatan ini saya mengingatkan umat manusia tentang sebuah peristiwa agung dan banyak pelajaran yang bisa diambil, agar saya dapat mengeratkan kembali antara manusia dengan sejarah nabi. Firman Allah Swt: “Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan Dia banyak menyebut Allah”. (Qs. Al-Ahzab [33]: 21). Agar kita bisa berkorban sebagaimana para shahabat berkorban. Sebagaimana Ali mengorbankan dirinya dengan menempatkan dirinya di tempat tidur nabi. Sebagaimana Asma’ berkorban dengan naik ke atas bukit Tsur setiap hari, sebuah bukit terjal. Agar kita dapat membuat strategi sebagaimana Rasulullah Saw membuat strategi hijrah. Agar kita mampu bertawakkal kepada Allah Swt sebagaimana Rasulullah Saw bertawakkal ketika Abu Bakar berkata kepadanya,
“Wahai Rasulullah, jika salah seorang dari mereka melihat ke bawah kedua kakinya, pastilah ia melihat kita”. Rasulullah Saw menjawab, “Wahai Abu Bakar, tidaklah menurut prasangkamu tentang dua orang, maka Allah adalah yang ketiga. Jangan bersedih, sesungguhnya Allah bersama kita”.
Kita membutuhkan pelajaran-pelajaran ini. Peringatan maulid nabi merupakan sarana untuk mengingatkan kembali umat manusia akan makna-makna yang mulia ini. Saya yakin bahwa hasil positif di balik peringatan maulid adalah mengikat kembali kaum muslimin dengan Islam dan mengeratkan mereka kembali dengan sejarah nabi Muhammad Saw agar mereka bisa menjadikan Rasulullah Saw sebagai suri tauladan. Adapun hal-hal yang keluar dari semua ini, maka semua itu bukanlah perayaan maulid nabi dan kami tidak membenarkan seorang pun untuk melakukannya.
Sumber: www.qaradawi.net, 19 Maret 2008M.
Apa Makna Memperingati Maulid Nabi muhammad Saw?
Peringatan maulid nabi Muhammad Saw. tidak hanya sekedar ekspresi kegembiraan seorang hamba atas nikmat dan karunia besar yaitu kelahiran Muhammad Saw. Dari beberapa pendapat ulama diatas dapat kita tarik kesimpulan bahwa yang dipermasalahkan itu bukanlah peringatannya, akan tetapi cara memperingatinya. Ketika dengan peringatan maulid kesadaran umat semakin bertambah, membangkitkan semangat menjalankan agama, menyadarkan generasi muda akan nabi dan keagungan agamanya, maka maulid menjadi sesuatu yang baik. Akan tetapi perlu inovasi dalam peringatan maulid nabi, tidak hanya sekedar seremonial tanpa makna yang membuat umat terjebak pada rutinitas. Perlu menjadikan momen maulid nabi sebagai wasilah, sebagaimana yang dinyatakan Syekh al-Sayyid Muhammad ‘Alawi al-Maliki berikut,
Perkumpulan-perkumpulan (maulid) ini adalah wasilah/sarana terbesar untuk berdakwah kepada Allah dan merupakan kesempatan emas yang semestinya tidak terlewatkan. Bahkan para da’i dan ulama mesti mengingatkan umat tentang nabi Muhammad Saw, tentang akhlaknya, adab sopan santunnya, keadaannya, sejarah hidupnya, mu’amalah dan ibadahnya. Memberikan nasihat kepada kaum muslimin dan menunjukkan jalan kebaikan dan kemenangan, memperingatkan umat akan musibah, bid’ah, kejelekan dan fitnah.
Syekh al-Sayyid Muhammad ‘Alawi al-Maliki, Mafâhîm Yajib an Tushahhah (Cairo: Dar Jawami’ alKalim, 1993M), hal. 254.
Wallahu a'lam ...
Putri Sufi